TEMPO.CO, Kamchatka - Air di danau Karymsky di Semenanjung Kamchatka, di bagian timur Rusia, hingga kini masih terasa asin. Namun kondisi itu jauh lebih baik ketimbang 17 tahun lalu ketika danau dipenuhi larutan asam setelah gunung Karymsky meletus, memuntahkan puluhan juta ton material vulkanik. Saat itu ekosistem di dalam dan sekitar danau mati semua.
Di Semenanjung Kamchatka terdapat beberapa gunung api yang berangkaian di sepanjang pantai timur. Danau Karymsky merupakan bagian dari kaldera Academy Nauk yang sudah tidak aktif lagi. Gunung api Karymsky terletak sekitar lima kilometer di sebelah utara danau tersebut. Inilah gunung api paling aktif di Semenanjung Kamchatka.
Gunung Karymsky meletus pada 2 Januari 1996 tengah malam, menyusul gempa bumi hebat yang melanda wilayah tersebut. Gelombang abu dan lava melesat ke udara. Menjelang siang hari, erupsi kembali muncul di danau Karymsky. Erupsi itu menghasilkan semburan uap panas dan abu setiap lima menit selama 18 jam.
Dalam sebuah studi yang dimuat di Geophysical Research Letters awal Oktober lalu, cairan asam yang muncul dari erupsi gunung api membinasakan ekosistem danau Karymsky, termasuk ribuan ekor ikan dan pohon. "Ada sekitar 40 juta ton material vulkanik terlontar ke udara, dan mereka ternyata dilapisi cairan asam," kata Yuri Taran, peneliti senior dari Institute of Geophysics at the National Autonomous University of Mexico dan juga kepala studi.
Mayoritas material itu jatuh ke danau Karymsky. Cairan asam dan berbau busuk seperti sodium, sulfat, kalsium dan magnesium bercampur dalam air danau. Ketika para ilmuwan datang untuk memeriksa, level keasaman (pH) air di danau itu jatuh drastis dari 7,5 menjadi 3,2. Ini adalah level keasaman yang ada dalam jus jeruk atau cuka. Air danau pun berubah warna menjadi kuning kecokelatan.
"Sebelumnya air di danau itu sangat jernih. Tapi setelah erupsi malah lebih mirip sumber air panas yang asam," kata Taran seperti dikutip Livescience, Rabu 16 Oktober 2013. Kombinasi antara panas dan cairan asam tak hanya membunuh ikan di dalam danau. Akibat erupsi besar, air danau itu meluncur seperti tsunami, menghancurkan daerah sekitarnya.
Tsunami itu muncul dari tekanan gas panas dan lava yang menyusup di bawah danau. Dengan tinggi gelombang diperkirakan mencapai 20 meter, tsunami itu mampu menumbangkan pepohonan di sekitar danau. Semuanya yang ada di sekitar danau tertutup lumpur yang sudah bercampur cairan asam. Sumber air panas muncul dan kawah vulkanik kecil juga terbentuk di bagian utara danau.
"Gelombang raksasa lengkap dengan komposisi kimia berbahaya dan suhu air tinggi itulah yang membinasakan kehidupan di sekitar danau," tulis peneliti dalam laporan yang dipublikasikan dalam the Proceedings of the International Symposium on Water Rock Interaction pada 1998.
Meski sempat menjadi korban bencana ekologi, situasi di danau Karymsky kini berangsur normal. Level pH yang diukur pada penelitian tahun lalu oleh Taran sudah kembali menunjuk angka 7,54. Warna air sudah jernih kembali. Namun air di danau itu kini tiga kali lebih asin ketimbang sebelum terjadi erupsi. Mata air baru juga terus memompa mineral ke danau yang membuat salinitas di sana tinggi.
Taran mengatakan danau Karymsky hanya terlihat normal tapi tak akan sama seperti kondisi awalnya dulu. Taran dan koleganya akan meneliti struktur kimia di danau karymsky dan mata air panasnya. "Karymsky itu gunung api yang tidak biasa. Gunung itu memiliki struktur kimia yang unik dan belum ada yang mencoba untuk memahaminya," kata Taran.